Kerja Empat Hari Hanya Dapat 80 Ribu

GENTENG : Dua perempuan pembuat genteng, Siti Jakrah dan Nilawati saat bekerja membuat genteng di Dusun Kumbung Tengah Desa Kuripan Utara Kecamatan Kuripan kemarin (ZUL/RADARLOMBOK)

Di Lombok Barat ada beberapa kampung yang dikenal sebagai penghasil genteng. Salah satu yang terkenal ada kampung Aik Ampat Gerung. Selain Aik Ampat ada juga Kumbung Tengah Desa Kuripan Utara Kecamatan Kuripan. Di sini, para buruh genteng yang kebanyakan perempuan bekerja membuat genteng dengan upah yang tidak banyak. Seperti apa?

 

 


Zulkifli – Giri Menang


 

Jika datang ke kampung ini, maka akan dilihat banyak perempuan yang bekerja dengan cekatan membuat genteng. Diantaranya ada tiga perempuan terlihat sibuk bekerja membuat genteng menggunakan alat pres di  depan rumah Kades Kuripan Utara, Jumat (21/10). Ketiganya adalah Siti Jakrah (26), Nilawati (32) dan Muslihan (43). Mula-mula tanah diolah seperti adonan tepung untuk kue. Lalu setelah itu dimasukkan ke alat cetakan yang sudah ada. “ Sehari bisa 250 sampai 400 biji genteng yang dibuat. Tapi itu tergantung pembuatnya. Kalau saya karena banyak istirahat ngurus anak, ya sehari hanya bisa 250 genteng,” ungkap Muslihan kepada koran ini kemarin.

Baca Juga :  13 Calon Perempuan Unggul

Meski upah yang didapat tidak banyak, mereka bersyukur bisa membantu meringankan beban keluarga. Upah yang mereka dapatkan dihitung dari jumlah genteng yang dibuat. Per seribu genteng, mereka dapat upah Rp 80 ribu. Sehingga jika dalam sehari hanya 250 genteng yang bisa dicetak, maka uang Rp 80 ribu tersebut bisa mereka dapat selama empat hari kerja. “ Ya dari pada kita nganggur di rumah, lebih baik kerja di sini. Suami saya juga ke Malaysia. Ini saya bantu suami,” ungkapnya.

Hal yang sama diungkapkan Siti Jakrah dan Nilawati yang saat ditemui tengah bekerja dalam posisi berhadapan. Keduanya banyak ngobrol sambil serius bekerja. Dua perempuan ini jauh lebih gesit sehingga dalam sehari bisa menghasilkan 350 hingga 500 biji genteng. “ Kalau saya kerja dari jam delapan pagi sampai jam lima sore. Memang tidak sebanding apa yang kami kerjakan dengan upah, tapi daripada tidak ada yang dikerjakan, ya lebih baik seperti ini, bantu-bantu suami juga,” ungkap Nilawati, ibu dua anak ini.

Baca Juga :  Kekerasan Anak dan Perempuan Diklaim Menurun

Siti Jakrah menambahkan, tempat pembuatan genteng di Desa Kuripan Utara sangat banyak, dan rata-rata pekerjanya adalah perempuan. Mereka bekerja untuk membantu suami menghidupi keluarga. “ Untung ada pekerjaan seperti ini, ketimbang kita diam di rumah. Upah memang sedikit, tidak sebanding dengan pekerjaan,” ungkapnya.(*)

Komentar Anda