Luas Lahan Tembakau Virginia Mulai Berkurang

MATARAM—Luas areal tanam tembakau di Pulau Lombok yang menjadi basis tanaman tembakau jenis virginia terus mengalami pengurangan setiap tahunnya. Jika tahun 2015 lalu luas tanam tembakau Virginia mencapai 15.099 hektar lebih, maka kini (2016) hanya tinggal 14 ribu hektar saja.

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Provinsi NTB, H. Budi Subagio bahwa terjadinya penurunan jumlah areal tanam tembakau disebabkan berbagai faktor. Seperti adanya pengurangan kuota pembelian tembakau dari mitra perusahaan pemasok tembakau dan karena bisa juga  petani mulai beralih menanam tanaman yang potensi bernilai jual lebih menjanjikan dari tembakau.

“Luas areal tanam tembakau tahun 2016 ini berkurang dari tahun sebelumnya dan otomatis volume produksi juga berkurang,” kata Budi Subagio di Mataram, Rabu (8/6).

Baca Juga :  Kekeringan, Petani belum Bisa Tanam Tembakau

Dikatakan, terjadinya pengurangan jumlah tembakau Virginia yang diterima oleh 12 perusahaan tembakau yang ada di Provinsi NTB, dan hampir seluruhnya ada di Pulau Lombok itu berdampak terhadap berkurangnya petani mitra menanam tembakau. Terlebih lagi, perusahaan rokok nasional justru lebih banyak memasok kebutuhan pabriknya dengan cara impor, karena harga lebih murah.

Terjadinya pengurangan pasokan tembakau oleh perusahaan, sudah pasti berdampak kepada petani mitra yang berkurang jumlah luas tanaman tembakaunya. Hal tersebut dapat dilihat dari berkurangnya jumlah volume produksi tembakau.

Pada tahun 2015 produksi tembakau Virginia di Lombok mencapai 29 .768 ton, sementara di tahun 2016 berkurang menjadi 29 ribu ton. Sedangkan untuk tembakau rakyat luas areal tanamanya masih stabil seperti tahun 2015 yang mencapai  4 ribu hektar.

Baca Juga :  Sengketa Lahan Lias Pertimbangkan Hak Warga

Mengenai harga jual tembakau Virginia oleh perusahaan kepada petani mitra, Budi menyebut pihaknya tidak mengetahui secara persis. Yang jelas harga sesuai kesepakatan perusahaan dan petani tembakau, ditentukan dengan spesifikasi kelas atau great dari kualitas tembakau yang dihasilkan oleh petani.

“Masalah harga itu ditentukan dengan great tembakau yang dihasilkan oleh petani. Kami di dinas tetap memantau, tapi karena tidak ada komplain dari petani, maka tidak bisa intervensi lebih jauh terkait harga,” ujarnya. (luk)

Komentar Anda