Saat Empat Pemuda Sepatu “Selo” Berbahan Tenun

SEPATU : Rosmalia dan Annisa menunjukkan produksi sepatu “Selo” kemarin.

Industri kreatif punya prospek besar. Berawal dari kumpul-kumpul, empat mahasiswa menciptakan sebuah peluang usaha yang saat ini sedang digandrungi.

 

 


ZULFAHMI-MATARAM


 

Sneaker saat ini salah satu tipe sepatu yang sedang naik daun di daerah ini. Namun kalau motifnya itu-itu saja, konsumen akan cepat bosan.

Empat pemuda yang merupakan mahasiswa Universitas Mataram punya cara agar produk tersebut tidak membosankan.

Keempat pemuda ini masing-masing Rosmalia, Annisa, Sulton dan Firdaus.

Rosmalia menuturkan, ide awal pembuatan sepatu tenun adalah adanya program dari Dikti yakni Program Kegiatan Mahasiswa (PKM). Mereka mengajukan proposal pengembangan sapatu lokal yang memadukan kain tenun khas Lombok.

Namun sampai saat ini sejak proposal dikirim tahun 2016, belum ada jawaban dari pihak Dikti. Jiwa bisnis keempat mahasiswa ini cukup tinggi. Mereka tetap bertekat melempar sepatu tenun ke pasaran. Karena itulah mereka mengumpulkan uang secara swadaya. “ Modal awal kami patungan berempat untuk produksi,” kata Rosmalia kepada Radar Lombok kemarin.

Mereka lalu mencoba memproduksi untuk pertama kalinya. Karena di Kota Mataram tidak ada industri sepatu Sneaker, terpaksa untuk produksi masih dilakukan di luar daerah.

Baca Juga :  Hasil Produksi tak Kalah dengan Sepatu Luar

[postingan number=3 tag=”features”]

Untuk produksi perdana, mereka memproduksi sekitar 160 pasang sepatu. Produksi pertama dilakukan awal bulan Februari. Mereka sudah mulai memasarkan produk memreka dan direspon baik oleh pasar. Buktinya sudah ada sekitar 100 pasang yang laku.” Alhamdulillah respon masyarakat cukup baik dan hasil kerja kami diterima masyarakat termasuk yang dari luar daerah,” terangnya.

Nama sepatu yang mereka buat adalah “Selo” yang mengandung filosofi etnik khas Lombok. Namun dari banyak masukan, mereka diminta tidak hanya memakai brand Lombok saja, tetapi juga kekayaan lokal lain seperti Sumbawa dan Bima. Untuk itu namanya diganti menjadi “Sepatu Etnic Original”. Dengan nama ini diharapkan kain tenun NTB bisa mendunia.

Ditambahkan Rosmalia, untuk saat ini motif kain tenun yang dipakai masih menggunakan tenun hasil kerajinan masyarakat Lombok Timur, Sukarare Lombok Tengah dan kain tenun KLU.” Tapi motif tenun dari KLU sedang tahapan produksi,” ungkapnya.

Kain tenun yang dipakai ini adalah kain tenun pilihan, sebelum mereka memutuskan menempatkan kain tenun di sepatu mereka terlebih dahulu  melakukan survei ke beberapa sentra kerajinan tenun untuk mendapatkan kain tenun yang cocok. Ia menjamin bahan kain tenun yang dipakai kualitasnya terjamin dengan harga yang relatif sama dengan sepatu Sneaker lainnya.

Baca Juga :  Wali Kota Jadikan “Selo” Jadi Sepatu Wajib SKPD

Annisa menambahkan, untuk pemasaran produk masih dengan cara manual, baik saat kegiatan bazar maupun kegiatan kampus. Di kampus mereka, pihak rektoriat sudah membeli dan memakainya. Untuk sementara ini mereka belum bisa melemparkan ke pasar sepatu, karena alasan belum bisa memenuhi order yang terlalu banyak.” Kami belum berani lempar ke pasar secara besar-besaran,” ungkapnya.

Sepatu yang mereka hasilkan ini dijual dengan harga yang cukup murah, kecuali untuk sepatu-sepatu yang mengggunakan kain tenun yang khusus, harganya sedikit spesial.” Harga-harganya dimulai dari Rp 170 ribu sampai Rp 250 ribu,” ujarnya.

Namun keunggulan dari sepatu ini selain modelnya keren dan trendy, stokya terbatas sehingga tidak banyak sama dengan pengguna yang lain.  Setiap kali produksi satu edisi yang produksi hanya sekitar 10 pasang saja. Saat ini sepatu juga sudah mulai dilirik menjadi oleh-oleh khas NTB. Selama ini hanya mutiara dan tenun Lombok saja yang terkenal di kalangan wisatawan yang datang ke daerah ini. Sekarang sudah ada pilihan lain, yakni sepatu tenun.(*)

Komentar Anda