Sampah Sungai Jadi Barang Bernilai Ekonomis

Sehari-hari ia bergelut dengan sampah. Sampai bisa mewakili NTB di ajang lomba penanganan sampah di tingkat nasional.

 


SUDIRMAN- RADAR LOMBOK


 

Sungai Ancar dulu adalah sungai kotor penuh sampah. Perlahan-lahan sungai ini mulai bersih. Ini berkat usaha warga yang tergabung dalam kelompok swadaya pengelola sampah Sungai Ancar. Pendirinya, H. Syahrial Azmi, mendapat kesempatan bersaing di tingkat nasional dalam lomba penanganan sampah yang diadakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.

Ia lahir di Kekalik tanggal 24 Oktober 1981 dan selama ini menghabiskan waktu bersama sampah sungai. Ia merasa berkewajiban membersihkan sungai dari sampah demi keberlangsungan hidup.

Meski hanya seorang lulusan diploma di salah satu perguruan tinggi di Mataram, ia punya banyak ide berkaitan dengan penanganan sampah. Bersama rekan-rekannya ia membentuk komunitas yang konsen soal sampah pada tahun 2013. Mereka terus bergerak membersihkan sungai. Sepanjang 3 kilometer lebih panjang sungai di sekitar Kekalik disisir agar bersih dari sampah. “ Kami mengajak warga secara swadaya dan lewat aksi nyata untuk sama-sama menciptakan lingkungan bersih,” katanya kemarin

Baca Juga :  Hasilkan Sambal, Ingin Angkat Nama Lombok

Awalnya warga juga menganggap sampah tidak ada manfaatnya. Belakangan warga disadarkan bahwa sampah juga punya nilai ekonomis yang tinggi asal bisa diolah. Bagi komunitas ini, yang terpenting adalah sungai bisa bersih, plus warga bisa memanfaatkan sampah.

Lomba Penanganan sampah digelar akan digelar pada tanggal 1 Agustus mendatang di Banjarmasin. Ia terpilih mewakili NTB setelah menyisihkan beberapa pesaing yang digelar oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) beberapa waktu lalu.

Baca Juga :  Kesuksesan Pengepul Kelapa di Lombok Utara

Saat ini Sungai Ancar memiliki daya tarik sendiri. Sejumlah usaha perekonomian masyarakat berjalan seperti keramba ikan, serta pusat kuliner di pinggir sungai. “Setiap Subuh, sampah sudah bersih. Kita juga berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Mataram,’’ ungkapnya.

Meski baru tergolong belia, komunitas ini terus berbenah. Misalnya berusaha menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat agar terlibat dalam revitalisasi sungai, serta menyusun program penyelamatan sungai di lingkungannya. Kemudian secara bersama-sama melakukan aksi nyata dalam upaya penyelamatan sungai sehingga memberikan pembelajaran bagi masyarakat secara umum.

Tujuannya adalah mengembalikan fungsi dan kondisi sungai, membangun partisipasi serta mendorong lahirnya berbagai inovasi revitalisasi sesuai karakteristik dan kondisi lingkungan masing-masing.(*)

Komentar Anda